“The Beautiful Mind”, resensi film ini ada di majalah BoBo era 2000-an.
Usai membaca, pikiran langsung paham akan dibawa kemana. ‘Schizophrenia’ yang
ihwal mulanya bermakna penyakit kejiwaan dengan memiliki dua atau lebih karakter,
diselewengkan dari makna aslinya. Membuat hati ini langsung tertarik walau sebagian
orang menganggap hal itu menakutkan. Bahkan… gila.
Berlatar dari kegalauan tidak punya teman di masa awal SMA, berbagai
masalah yang silih berganti melingkupinya, apalagi godaan syetan perihal cinta
monyet, maka digubahlah ‘schizy’ menjadi lebih teknis aplikatif dalam wujud
‘schizophrenator’. Praktis, tokoh-tokoh komik yang pernah digoreskan semasa
SD ibarat turut campur dalam urusan
kehidupan. Sebut saja mereka; Arba’a, Adam, Fathir, Schemer, Ziener.
Bahkan masa SMA ketambahan dua tokoh utama baru; Alden dan Armand. Kusebut
mereka dengan istilah ‘schizee’ (hasil imajinasi) dan diriku selaku penyewa
tubuh ini sebagai ‘schizy’ (imajinator). Pemilik tubuh tak lain Allah azza
wa jalla. Adapun ‘Schizophrenator’ hanyalah istilah lebay dari Alden yang
kerasukan 5 schizee. Jadi, mudahnya; Di dalam schizy ada schizeenya schizy. Di
dalam schizeenya schizy ada lagi schizee. *mumet iki*
Walaupun email ans_schizy masih tetap aktif sejak SMA hingga hari
ini,
Schizy mengalami masa pasif semasa kuliah di STAN. Entah karena Allah, atau karena
menyibukkan diri di antara para ikhwatifillah. Sehingga tokoh yang masuk hanya
sekelebat. Itu pun modifikasi dari Alden dan Armand yang dikisahkan juga masuk
STAN. Secara umum, STAN itu damai, tak banyak mewujudkan schizee.
Namun, tatkala say goodbye dengan STAN dan masuk ke ranah kerja PNS, perlahan
tapi pasti sindrom schizy muncul lagi. Berihwal dari tokoh ‘Hanif’ karena
ambisi untuk ‘lurus’ bekerja di PNS, muncul pula Jundi Alfaruqi yang
menyadarkan diri akan kenyataan biker liar di keramaian jalan Jakarta. Pada
masa ini, fenomena sudah
meninggalkan buncah imajinatif. Namun, sosok schizee SD seperti Adam dan Fathir
masih dipakai. Terutama setelah menyadari bahwa kehidupan dunia ini dikonsep
oleh konspirator ulung penggenggam kekuasaan dunia ibarat musuh dalam selimut. Tertuang
dalam karya bertajuk Buih Nebula, schizee masa awal menjadi tokoh-tokoh
utamanya.
Melihat fenomena itu semua, mungkin akan berlanjut
hingga maut menjemput. Di lain sisi, mimpi schizy ketika SD bermula dari
ambisi menjadi kartunis. Lambat laun, mimpi itu pudar setelah sadar jemari ini
tak bisa berbuat banyak. Hingga menemukan bahwa novelis bisa jadi alternatif
(apalagi kartunis identik dengan penentangnya dari kalangan fiqih). Akhirnya,
mimpi menjadi penulis menggebrak tatkala masa akhir di STAN. Mimpi itu
kian nyata setelah ‘Cermin Cahaya’ diluncurkan dalam tajuk kumpulan cerpen oleh
FAM. Apalagi potensi ‘Buih Nebula’ yang sepertinya menjanjikan.
Sampai ditulisnya artikel ini, schizee masih bernaung dalam diri. Mereka
membisikkan, memotivasi, mengaryakan. Walaupun begitu, sejak beristrikan
seorang Windy Anita Sari, schizee sudah jarang berkontribusi. Sebelum beristri,
sesosok schizee pernah bertanya sesuatu yang mengharukan, “Apakah dengan
kehadiran istrimu nanti, kami harus angkat kaki dari sini?” Saya tidak menjawab.
Hanya Adam yang berani menjawab bergumulkan optimisme tinggi, “Tidak masalah
jika iya. Karena tanpa kami pun, kau harus selalu bersama Allah. Itu intinya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar