Kamis, 25 April 2013

Schizy Fillah – Hasil Imajinasi Bertahun-tahun

“The Beautiful Mind”, resensi film ini ada di majalah BoBo era 2000-an. Usai membaca, pikiran langsung paham akan dibawa kemana. ‘Schizophrenia’ yang ihwal mulanya bermakna penyakit kejiwaan dengan memiliki dua atau lebih karakter, diselewengkan dari makna aslinya. Membuat hati ini langsung tertarik walau sebagian orang menganggap hal itu menakutkan. Bahkan… gila.
Berlatar dari kegalauan tidak punya teman di masa awal SMA, berbagai masalah yang silih berganti melingkupinya, apalagi godaan syetan perihal cinta monyet, maka digubahlah ‘schizy’ menjadi lebih teknis aplikatif dalam wujud ‘schizophrenator’. Praktis, tokoh-tokoh komik yang pernah digoreskan semasa SD  ibarat turut campur dalam urusan kehidupan. Sebut saja mereka; Arba’a, Adam, Fathir, Schemer, Ziener. Bahkan masa SMA ketambahan dua tokoh utama baru; Alden dan Armand. Kusebut mereka dengan istilah ‘schizee’ (hasil imajinasi) dan diriku selaku penyewa tubuh ini sebagai ‘schizy’ (imajinator). Pemilik tubuh tak lain Allah azza wa jalla. Adapun ‘Schizophrenator’ hanyalah istilah lebay dari Alden yang kerasukan 5 schizee. Jadi, mudahnya; Di dalam schizy ada schizeenya schizy. Di dalam schizeenya schizy ada lagi schizee. *mumet iki* 

Walaupun email ans_schizy masih tetap aktif sejak SMA hingga hari ini, Schizy mengalami masa pasif semasa kuliah di STAN. Entah karena Allah, atau karena menyibukkan diri di antara para ikhwatifillah. Sehingga tokoh yang masuk hanya sekelebat. Itu pun modifikasi dari Alden dan Armand yang dikisahkan juga masuk STAN. Secara umum, STAN itu damai, tak banyak mewujudkan schizee. 

Namun, tatkala say goodbye dengan STAN dan masuk ke ranah kerja PNS, perlahan tapi pasti sindrom schizy muncul lagi. Berihwal dari tokoh ‘Hanif’ karena ambisi untuk ‘lurus’ bekerja di PNS, muncul pula Jundi Alfaruqi yang menyadarkan diri akan kenyataan biker liar di keramaian jalan Jakarta. Pada masa ini, fenomena sudah meninggalkan buncah imajinatif. Namun, sosok schizee SD seperti Adam dan Fathir masih dipakai. Terutama setelah menyadari bahwa kehidupan dunia ini dikonsep oleh konspirator ulung penggenggam kekuasaan dunia ibarat musuh dalam selimut. Tertuang dalam karya bertajuk Buih Nebula, schizee masa awal menjadi tokoh-tokoh utamanya. 

Melihat fenomena itu semua, mungkin akan berlanjut hingga maut menjemput. Di lain sisi, mimpi schizy ketika SD bermula dari ambisi menjadi kartunis. Lambat laun, mimpi itu pudar setelah sadar jemari ini tak bisa berbuat banyak. Hingga menemukan bahwa novelis bisa jadi alternatif (apalagi kartunis identik dengan penentangnya dari kalangan fiqih). Akhirnya, mimpi menjadi penulis menggebrak tatkala masa akhir di STAN. Mimpi itu kian nyata setelah ‘Cermin Cahaya’ diluncurkan dalam tajuk kumpulan cerpen oleh FAM. Apalagi potensi ‘Buih Nebula’ yang sepertinya menjanjikan. 

Sampai ditulisnya artikel ini, schizee masih bernaung dalam diri. Mereka membisikkan, memotivasi, mengaryakan. Walaupun begitu, sejak beristrikan seorang Windy Anita Sari, schizee sudah jarang berkontribusi. Sebelum beristri, sesosok schizee pernah bertanya sesuatu yang mengharukan, “Apakah dengan kehadiran istrimu nanti, kami harus angkat kaki dari sini?” Saya tidak menjawab. Hanya Adam yang berani menjawab bergumulkan optimisme tinggi, “Tidak masalah jika iya. Karena tanpa kami pun, kau harus selalu bersama Allah. Itu intinya.”

Akhirnya, terinisiasilah ‘schizy fillah’. Aku menemukan schizy fii-Allah melalui interaksi bersama schizee. Fii berarti tenggelam. Schizy yang tidak main-main sebagai orang sakit jiwa biasa. Melainkan schizy yang tenggelam dalam kerinduan cinta kepada Allah. Hingga aku katakan kepada para schizee yang angkat kaki itu; uhibbuka fillah; “aku mencintai kalian karena tenggelam dalam cintanya Allah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar