Jumat, 19 April 2013

Fitnah dan Ujian Umat Islam (3/3)

Kontemplasi yang cukup panjang ditutup dengan 3 pertanyaan. Yang pertama tentang pemecahan kegalauan umat muslim, yang kedua tentang otentitas rujukan kitab terjemahan Indonesia yang diragukan, yang terakhir tentang kondisi terkini Suriah dan Mesir yang sedang bergejolak.

Ustad Herry memulai dengan menjawab pertanyaan terakhir. Namun, sayang, catatan saya tidak mempertunjukkan jawaban itu, karena sependengaran saya, jawaban yang dilontarkan cukup singkat, ditambahi beberapa wawasan seputar jihad yang sangat rugi kalau tidak dicatat.

Pada intinya, jihad di tanah Arab sedang berlangsung. Salah satunya di Palestine, wilayah jajahan (saya tidak menyebut wilayah Israel, krn Israel sejatinya tidak ada) dan wilayah rakyat Palestina yang sesungguhnya, dibatasi oleh tembok yang berkelok-kelok. Ini mengindikasikan bahwa penjajah tahu, dimana letak lokasi kesuburan dan air tanah. Selain itu, jihad juga menawarkan kisah-kisah yang menarik didengar. Salah satunya, kisah tentang mujahid yang sakit migrain ketika berperang (kan gak keren tuh...). Ketika sudah di lapangan, dengan tekad yang kuat, tiba-tiba burung datang dan mematok kepalanya, membuat dirinya sembuh dan kembali bersemangat. Demikianlah; Pertolongan tak akan jauh dari para mujahid, InsyaAllah.

Beberapa slide video diputar. Di Inggris, adzan dibolehkan. Di Rusia, shalat Ied memenuhi jalan-jalan di antara gedung tinggi. Diceritakan bahwa Argentina dan Venezuela, jumlah umat Islam meningkat pesat. Di Belgia, syariat Islam diperjuangkan. Bahkan, di Michigan, muslim sudah menjadi mayoritas (60%). “Kita percaya, kemenangan Islam akan datang dalam waktu dekat”, tutur Kang Herry optimis.

Dari internasional mengerucut ke isu nasional. Pertanyaan mengenai pemecahan galaunya muslim dijawab bersandingan dengan otentitas rujukan muslim. Di Indonesia, ada sebuah pulau di Riau bernama “Pulau Penyengat”, nama lainnya “Bustanul Katibin”. Di pulau itulah, ulama seantero nusantara berkumpul pada suatu waktu tertentu, berfokus untuk membuat kitab, lalu disebar ke penjuru nusantara. Sekarang pulau itu masih ada, tetapi kitab-kitab ulama itu sudah tidak ada. Kemana? Kita akan sulit menemukannya, karena sudah dimusnahkan oleh penjajah.

Masa lalu ulama Indonesia sangatlah benderang. Kita mengenal nama-nama seperti Syekh Ahmad Khatib al Minangkabawi, Syekh Ahmad Nawawi Al Bantani, Syekh Al Banjari. Ketiga syekh ini pernah menjadi imam masjid Mekkah dan Madinah. Bahkan, tokoh yang lebih kita kenal; Hasyim Asyari dan Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyyah) merupakan murid dari Syekh Al Bantani.

Kembali fokus ke pertanyaan, pada prinsipnya belajar Islam dari mana saja, termasuk internet, bahkan sms, bisa dan boleh-boleh saja tetapi ini menjadi kaku dan dingin karena tidak adanya ustad. Karena belajar ke ustad akan lebih aplikatif karena didukung dengan adab yang baik ketika belajar. Adapun sumber-sumber yang disebut di awal punya kelebihan lebih terbuka dan mudah ditelusuri.

Imam Ghazali membagi ilmu ke dalam dua macam; ilmu fardhu kifayah dan ilmu fardhu ‘ain. Nah, dalam hal ini, ilmu tentang bahasa Arab merupakan ilmu fardhu ‘ain. Karena sumber ilmu ini mampu membuka wawasan kita terhadap kitab-kitab Arab yang di zaman kini lebih otentik. Kita bisa melihat kerennya ulama kala itu. Jika kini, komen facebook didebat dengan komen berikutnya, maka ulama terdahulu menjawab ketidaksetujuan atas kitab ulama sebelumnya; dengan menulis kitab yang mengkritisi kitab itu. Subhanallah... Bahkan berusaha menunjukkan kebenaran dilakukan dengan kesabaran sehebat itu.  

-semoga 3 seri tulisan ini bermanfaat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar