Herry Nurdi sempat mampir ke Kampus STAN (13/4/2013). Walau
kala itu malam menghadang, peserta ta’alim terjaga dalam semangat terhunjam. Termasuk sosok
nur4syamsudin yang dari jauh
seolah asyik nge-game di
BB, padahal sedang merangkai hikmah di catatannya. Alhamdulillah, rangkaian hikmah berhasil dikemas
dalam tiga seri kajian. Let’s check the note out :D
Fisik lemah itu ibarat jenggot panjang, tapi nafasnya
pendek; demikian catatan pertama yang berhasil direkam. Fisik lemah takkan
mampu mengimbangi ghirah para relawan Rohingya yang harus berjalan semalam
suntuk demi membantu umat muslim di tanah Burma. Sejenak membicarakan muslim di
sana, lantas membahas
muslim di Suriah. Nah, di Suriah ini, fitnah kental menggelayut. Terbukti
dengan diunggahnya video hoax Syekh Buthi. Di video itu, terlihat sosok syekh
dibunuh keji, tapi angle kamera seolah tak berkutik, ironis dengan getaran
hebat imbas dari ledakan bom. Hal ini meresonansikan adanya orkestra merdu dari
fitnah kezaliman Bassar al Assad.
“Tidak beriman di antara kalian sampai kalian mencintai
saudara semuslim melebihi cinta pada diri sendiri”, demikian penggalan sebuah
hadits yang tercermin mudah, namun sulit diamalkan. Seperti pada kasus sengketa Kesultanan Sulu
versus Malaysia antar-dua
pihak muslim. Padahal ada
hadits yang cukup miris;
jika dua orang muslim bertikai maka keduanya masuk neraka. Na’udzubillah.
Setidaknya ada 6 macam sengketa berlabel muslim di ASEAN
sebagaimana dikupas Ustad Herry: 1) isu terorisme di Indonesia; 2) etnik
Pattani di Thailand; 3) Sulu
vs Malaysia; 4) muslim Vietnam; 5) Rohingya di Burma; 6) muslim Timor.
Sebagai contoh, etnik muslim Pattani sejatinya pernah mengharap Presiden
Soekarno untuk memasukkan wilayah mereka ke Indonesia berdasar latar agama. Namun, sang
presiden menolak. “Indonesia punya kesamaan latar sejarah”, katanya. “Yakni,
sama-sama dijajah Belanda.” Satu alasan yang mengubur harapan Pattani kala itu,
untuk menyatu dengan negeri bermayoritaskan muslim. Di sisi lain, batas wilayah
Indonesia sudah diukur melalui deklarasi Juanda (yang namanya dinobatkan
menjadi bandara di Surabaya). Sebuah celetukan miring dari Ustad Herry, yang
melebihpentingkan deklarasi Juanda ini, ketimbang Sumpah Pemuda atau
Proklamasi. “Ini menyangkut batas teritori negara kita”, tuturnya.
Melangkah dari sengketa menuju kisah sahabat; diriwayatkan
ada dua sahabat yang bingung tatkala sedang perang, mereka mendapati musuhnya
bersyahadat ketika nyawa sudah di ujung pedang. Kedua sahabat berdiskusi alot.
“Kita bunuh saja! Dia pasti bersyahadat supaya gak dibunuh!”, tutur seorang
sahabat. Singkat kata, dibunuhlah si musuh tadi. Esoknya, Rasulullah Saw
mengumpulkan laporan. Mendengar laporan tentang musuh yang dibunuh padahal
bersyahadat, Rasulullah pun menginterogasi dua sahabat tadi. “Kenapa kalian
bunuh, padahal ia bersyahadat!”, kata Rasul. “Ia bohong ya Nabi, cari alasan
saja biar selamat!”, kata sahabat. “Kenapa kalian bunuh, padahal ia
bersyahadat!”, Kembali Rasulullah mengulang hingga tiga kali. Tak punya alas an
kuat lagi, dua sahabat terdiam. Rasulullah akhirnya memberikan pencerahan,
“Kenapa tidak kalian buka dulu dadanya, supaya kalian tahu bahwa ia memang
bersyahadat?” Gara-gara hal itu, sahabat tadi bertutur miris, “Andai ibuku tak
pernah melahirkanku!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar