“Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih sayang sesama mereka...”, demikian ayat 28 QS Al Fath.
Sebuah perenungan -masih dari ustad Herry
Nurdi (13/4/2013)- tentang apakah ayat ini sudah kita praktekkan atau belum,
sebuah tantangan yang bisa kita sadari dan lakukan, lantas kita tularkan kepada
muslimun sekitar. Contoh kecil-nya
adalah beberapa wawasan perbedaan fikih yang lazimnya kita toleransi bersama,
bukannya kita musuhi bersama.
Contoh kecil ini di antaranya; perbedaan
mahzab yang sama, tetapi dalam prakteknya berbeda. Di Indonesia, ucapan aamiin
selepas Fatihah dilantunkan bersamaan antara makmum dan imam, sedangkan di
Malaysia, makmum menjawab aamiin setelah imam mengucapkan aamiin. Lain mahzab
beda lagi; di Pakistan, mayoritas penganut mahzab Hanafiah, aamiin dipelankan.
Coba bayangkan jika ada orang Indonesia di sana lupa diri, mengucap aamiin
keras-keras. Itulah pentingnya toleransi; memahami makna ungkapan; di sana bumi dipijak, di situ langit
dijunjung. Sebagaimana kasus aamiin, bahkan sujud lutut dulu atau sujud
tangan dulu, hal itu pun sampai dipermasalahkan. “Asal enggak kepala dulu saja,
sujudnya”, seloroh kang Herry kala itu.
Pembahasan menukik ke slide berisikan peta
dunia Islam kini-dan-nanti. Ya, slide ini ada di salah satu buku beliau
mengenai konspirasi Yahudi dan tetek bengeknya. Singkat kata, akan ada beberapa
negara baru di Timur Tengah, yakni Baluchistan (pecahan Pakistan selatan),
Negara Islam Sakral (hanya meliputi Mekkah dan Madinah), dan Irak pecah menjadi
Irak Sunni dan Irak Syiah. Dalam hal ini, kita tidak saja perlu mengambinghitamkan
konspirator akibat peta dunia Islam yang baru ini. Kita juga wajib berkaca
diri, kenapa kita mau dipecah-pecah, bahkan seperti sekarang ini?
Dinukil dari muqoddimah kitab Ihya
Ulumuddin, ustad Herry memaparkan bahwa kerusakan menimpa kaum muslim ini diidentifikasi
oleh kerusakan di level umara (pemimpin). Level ini disebabkan oleh fasadul ‘ulama
(kerusakan di level ulama’/tokoh agama). Penyakitnya bernama; cinta dunia dan
jabatan (kita kenal di hadits dengan istilah ‘wahn’; cinta dunia+takut mati).
Fasadul ulama jelas terlihat di momen
sekarang berupa intsruksi untuk memakai pensil yang sudah diraut dengan doa
supaya lulus UN, mandi kembang supaya lulus UN. Sejenis penyakit yang sudah
mengakar ke sanubari akidah, dan ini saaangatlah fatal. Na’udzubillah...
Fakta sejarah menuturkan keadaan Antokiyah
Syam Baitul Maqdis yang jauh dari kaafahnya Islam. Di sana orang besar berebut
kekuasaan. Dimulai dari Perang Salib; 1) semua mahzab berlomba menjadi aliran
utama; 2) guru-murid tidak saling menghormati, berdebat hanya untuk sensasi,
bukannya mencari kebenaran; 3) pemimpin menyeleweng dari tatacara Islam; 4)
syaikh mahzab yang dekat pemimpin, justru hidup mewah, jauh dari permasalahan
umat; 5) kelaparan di Mesir, Irak, dan Syams (448H), dikisahkan kala itu bahwa
wanita-wanita gemuk negeri Sudan diculik untuk dijadikan persediaan makan (MasyaAllah);
6) terjadi kekacauan sosial; 7) urusan perut dan syahwat menjadi dua hal yang
kental dikejar; 8) masyarakat peduli akan makan, pakaian, tempat tinggal,
tetapi memperturutkan nafsu dan seks, sementara khatib dan da’i mencari rezeki
dengan menjual agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar