Senin, 22 April 2013

How to Teach -Capacity Building Kantor-

“Bagaimana mengajar dengan baik, efektif, dan menyenangkan?”, Kalimat tersebut menjadi tagline slide yang digoreskan Bapak Kuwat Slamet, sosok eselon 3 yang mengaku keranjingan mengajar. Hingga, Kapusdiklat kami (atasan langsung beliau) mengutus beliau untuk sebuah capacity building SDM (13/4/2013). Tak ayal, 30-an pegawai kantor antusias mengikuti materi beliau; “how to teach”. Penulis berharap materi dapat meluas dipraktekkan, bukan hanya mengajar di kelas saja, melainkan juga berbagi inspirasi; mentoring, sharing knowledge keluarga, ngajar ngaji anak kecil, dan lain-lain.
 
"Karakter yang diajar antara mahasiswa dan pegawai itu beda. Mahasiswa nerimo saja, sedangkan pegawai lebih kritis”, kalimat ini cukup membuat dahi mahasiswa berkerut. “Hah, kita dianggep gituh ya?”, batinnya, termasuk batinku karena penulis juga mantan-mahasiswa. Namun, kita ambil positifnya saja. Sebagaimana filosofi ilmu; ambil yang baik, buang yang buruk.

How to teach ini takkan efektif bila tak ada usaha untuk memahami materi. Memahami materi pun tidak serta-merta hafal, tapi paham apa filosofinya, sehingga memungkinkan timbulnya inspirasi tentang cerita intermezzo seputar materi yang bisa disampaikan saat mengajar nanti.

Nah, mengajar memerlukan kesiapan diri, yang meliputi sikap pede dan tidak ragu, persiapan penampilan, dan teknik komunikasi. “Pembicara profesional pun takkan mau disuruh maju tanpa persiapan, apalagi kita yang amatir!”, demikian dinukil dari kenalan penulis. Pada intinya, kita harus sadar bahwa sikap grogi dimiliki oleh semua orang (bukan sebagian saja lho, tapi semua). Masalahnya adalah bagaimana kita mengelola grogi, termasuk melukirnya dengan sikap pede, termasuk shock akibat kesalahan mengajar yang jangan sampai berlarut-larut. Diharapkan kalaupun shock, kita dianjurkan cepat kembali sadar dan semangat mengajar.

Poin ke-2; penampilan meliputi pemilihan warna pakaian, model, dan sebagainya. Itulah kenapa ada ustad menggunakan jas, karena hadirinnya dari kalangan elit. Di poin 3; teknik komunikasi tak kalah penting; meliputi penggunaan bahasa formal, latihan intonasi & tutur kata, belajar memperbanyak kosakata, penekanan verbal, bahkan penyelarasan perasaan peserta. 

Yang tak bisa dipungkiri; bahwa penguasaan materi adalah wajib. Review 5 menit jangan ketinggalan sebelum memulai pengajaran. Tentunya untuk merefresh penyampaian. Desain bahan tayang menunjang visual peserta. So, jangan terlalu lebay, music jangan terlalu mengagetkan dan norak. 

Tips-tips membentuk good ‘first impression’ meliputi: 1) masuki ruangan dengan sapaan hangat (utk seisi kelas); 2) siapkan alat bantu yang dipakai (cth: LCD proyektor), beri sedikit waktu di awal untuk mengeset alat tersebut, 3) Perkenalan diri diikuti perkenalan peserta, hm… Bisa banyak cara, mulai dari metode sebut nama, angkat tangan, perkenalan; Hingga bertaraf game, wow. Selanjutnya; 4) Overview materi, memberi arahan apa sih esensi materi yang akan disampaikan? Dan 5) Penyampaian materi inti, disertai intermezzo;game, aktivitas, atau apapun yang bikin semangat.

Teknik efektif mengajar; 1) libatkan peserta secara aktif (kecuali waktu terbatas), 2) Gunakan game/jokes ringan untuk hilangkan kejenuhan, bahkan senam pun bisa merefresh peserta. Sebuah anjuran yang provokatif, bahwa makin banyak perbendaharaan jokes/game/senam; makin bagus.

Itulah kenapa kita tahu kenapa ada fakta berikut: 1) Mayoritas peserta lebih suka pengajar yang humoris, 2) Sedikit peserta yang serius mengikuti pengajaran; 3) Mayoritas peserta suka info pengalaman pengajar yang dikaitkan dengan materi yang disampaikan. Semoga menyemangatkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar