“Bagaimana
mengajar dengan baik, efektif, dan menyenangkan?”, Kalimat tersebut menjadi
tagline slide yang digoreskan Bapak Kuwat Slamet, sosok eselon 3 yang mengaku
keranjingan mengajar. Hingga, Kapusdiklat kami (atasan langsung beliau)
mengutus beliau untuk sebuah capacity building SDM (13/4/2013). Tak ayal, 30-an
pegawai kantor antusias mengikuti materi beliau; “how to teach”. Penulis
berharap materi dapat meluas dipraktekkan, bukan hanya mengajar di kelas saja,
melainkan juga berbagi inspirasi; mentoring, sharing knowledge keluarga, ngajar
ngaji anak kecil, dan lain-lain.
"Karakter yang diajar antara mahasiswa dan
pegawai itu beda. Mahasiswa nerimo saja, sedangkan pegawai lebih kritis”,
kalimat ini cukup membuat dahi mahasiswa berkerut. “Hah, kita dianggep gituh
ya?”, batinnya, termasuk batinku karena penulis juga mantan-mahasiswa. Namun,
kita ambil positifnya saja. Sebagaimana filosofi ilmu; ambil yang baik, buang
yang buruk.
How to
teach ini takkan efektif bila tak ada usaha untuk memahami materi. Memahami
materi pun tidak serta-merta hafal, tapi paham apa filosofinya, sehingga
memungkinkan timbulnya inspirasi tentang cerita intermezzo seputar materi yang
bisa disampaikan saat mengajar nanti.
Nah,
mengajar memerlukan kesiapan diri, yang meliputi sikap pede dan tidak ragu,
persiapan penampilan, dan teknik komunikasi. “Pembicara profesional pun takkan
mau disuruh maju tanpa persiapan, apalagi kita yang amatir!”, demikian dinukil
dari kenalan penulis. Pada intinya, kita harus sadar bahwa sikap grogi dimiliki
oleh semua orang (bukan sebagian saja lho, tapi semua). Masalahnya adalah
bagaimana kita mengelola grogi, termasuk melukirnya dengan sikap pede, termasuk
shock akibat kesalahan mengajar yang jangan sampai berlarut-larut. Diharapkan
kalaupun shock, kita dianjurkan cepat kembali sadar dan semangat mengajar.
Poin
ke-2; penampilan meliputi pemilihan warna pakaian, model, dan sebagainya.
Itulah kenapa ada ustad menggunakan jas, karena hadirinnya dari kalangan elit.
Di poin 3; teknik komunikasi tak kalah penting; meliputi penggunaan bahasa
formal, latihan intonasi & tutur kata, belajar memperbanyak kosakata, penekanan
verbal, bahkan penyelarasan perasaan peserta.
Yang
tak bisa dipungkiri; bahwa penguasaan materi adalah wajib. Review 5 menit
jangan ketinggalan sebelum memulai pengajaran. Tentunya untuk merefresh
penyampaian. Desain bahan tayang menunjang visual peserta. So, jangan terlalu
lebay, music jangan terlalu mengagetkan dan norak.
Tips-tips
membentuk good ‘first impression’ meliputi: 1) masuki ruangan dengan sapaan
hangat (utk seisi kelas); 2) siapkan alat bantu yang dipakai (cth: LCD
proyektor), beri sedikit waktu di awal untuk mengeset alat tersebut, 3)
Perkenalan diri diikuti perkenalan peserta, hm… Bisa banyak cara, mulai dari
metode sebut nama, angkat tangan, perkenalan; Hingga bertaraf game, wow.
Selanjutnya; 4) Overview materi, memberi arahan apa sih esensi materi yang akan
disampaikan? Dan 5) Penyampaian materi inti, disertai intermezzo;game,
aktivitas, atau apapun yang bikin semangat.
Teknik
efektif mengajar; 1) libatkan peserta secara aktif (kecuali waktu terbatas), 2)
Gunakan game/jokes ringan untuk hilangkan kejenuhan, bahkan senam pun bisa
merefresh peserta. Sebuah anjuran yang provokatif, bahwa makin banyak
perbendaharaan jokes/game/senam; makin bagus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar