Senin, 29 April 2013

Lafadz Allah dan Muhammad pada Penampakan UFO Maret 2013

Awalnya bukan sengaja, tapi kebetulan. Awalnya bukan niat, tapi penasaran. Awalnya dari sebuah web konspirasi yang menampilkan konspirasi kasuistis macam Lion Air jatuh di Denpasar, hingga yang sedang hot, tersangka bom Boston Dzokar Tsarnaev dalam kacamata konspirasi (indocropcircles.wordpress.com). Tiba-tiba setelah menjelajahi scroll bawah (bagian comment artikel), mata ini iseng melihat link dengan judul best UFO sightings (penampakan UFO terbaik tiap bulan). Mulai dari Januari hingga Desember 2012 lengkap, Januari hingga Maret 2013 pun lengkap ada. Akhirnya, setelah di-klik penampakan Maret 2013 (terbaru), terbukalah jendela youtube (alamat: http://www.youtube.com/watch?v=kXzvLoXtBSY).

Mata ini sejujurnya hanyalah iseng melintasi visual kasus demi kasus penampakan UFO dalam tautan web video itu. Mulai dari Melbourne (Australia), penampakan UFO di dekat corona matahari, video amatir rekaman orang naik ke atas tiang listrik, sampai tibalah kasus UFO di menit video ke 04.10 s.d. 05.20, yakni kasus UFO drops glowing spheres over Bawsey Woods, King Lynn, United Kingdom (tertanggal video 21 Maret 2013).

Berikut adalah hasil print-screen dari 2 scene di masing-masing menit dan detik ke sekian, ketika parade manuver UFO  membentuk lafadz Allah Swt dilanjutkan dengan lafadz Muhammad Saw.

Pada menit ke 4.59, manuver UFO membentuk lafadz Allah (Lihat perbandingannya dengan lafadzh Arab di gambar sebelah kiri-atas visualisasi video).


Pada menit ke 5.17, manuver UFO membentuk lafadz Muhammad. Lihat perbandingannya dengan lafadzh Arab (sebelah kiri atas visualisasi video). Bahkan, sisa lafadz Allah sedikit tampak di sebelah kanan lafadz Muhammad pada layar youtube. Wow...



Apapun itu, para peneliti gagal mendeteksi apa benda-benda itu sebenarnya, sehingga dinamai UFO (unidentified flying object – benda terbang tak dikenal – bukan sekedar dimaknai sempit berupa pesawat alien lho).

Entah memang mirip lafadznya atau hanya perasaan penulis saja, yang penting penulis berharap info ini bermanfaat. Allahu Akbar!  Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Romantika Musibah


Dalam sebuah adegan film The Mummy 2, Imhotep (tokoh musuh) dan O’Conell (tokoh utama) nyaris jatuh ke dalam neraka yang muncul dari rekahan bumi. Keduanya minta tolong kepada pasangan masing-masing. O’Conell berteriak minta tolong kepada Evelyn, istrinya. Imhotep pun minta tolong kepada Anck Su Namun, tokoh wanita pendamping musuh. Di saat yang sama, bebatuan dari atap jatuh bergantian pertanda bangunan mau rubuh. Praktis, kedua wanita harus berjuang ekstra jika mau menolong pasangan masing-masing. Adegan itu diakhiri dengan Evelyn yang heroik berlari melewati stalagtit-stalagtit yang jatuh dari atas, sementara Anck Su Namun justru berlari keluar, bertekad menyelamatkan dirinya sendiri. Ouch… Imhotep pun jatuh ke jurang neraka. Sementara O’Conell berhasil diselamatkan Evelyn dengan membantunya bangkit dari rekahan bumi.

Demikian sebuah gambaran dari musibah ekstrim yang diarungi dua sejoli sah nikah. Sutradara film ingin memberikan penekanan bahwa musibah harus selalu diarungi berdua. Tentunya untuk membuktikan bahwa cinta kedua pasangan adalah sejati.

Di sisi lain, musibah sering dilogikakan langit. Mereka yang melogikalangitkan musibah adalah yang percaya bahwa ada hikmah terserak di balik itu, sebagaimana ada udang di balik rempeyek. Salah satu imbas ‘sakit’ akibat musibah adalah tergugurnya dosa-dosa, sebagaimana hadits tentang tertusuk duri yang menggugurkan dosa. Lha, apalagi kalau sakitnya lebih daripada tertusuk duri?

Jadi, pemikiran ini lebih mampu mengekalkan cinta daripada sekedar romantika penyelamatan Evelyn terhadap O’Conell. Kenapa? Tentunya karena ada visi yang lebih visioner daripada sekedar hidup di dunia. Pada intinya, mereka yakin ada kekuatan langit yang sedang menggiring mereka untuk mengekalkan cinta tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Oh, romantisnya…

Penulis lebih suka menyebut tema perjuangan mengusung cinta ini dengan istilah romantika musibah. Ia adalah musibah yang menguji cinta, mengekalkan cinta, memvisikan cinta untuk selalu bersama karena tenggelam dalam cinta kepada Allah, Sang Penguasa langit dan bumi.

Dalam ranah romantika musibah, seorang pasangan tak hanya berpola pikir duniawi. Yakni menjauhi pasangannya, supaya tidak tertular. Romantika musibah dapat dicontohkan dengan keloyalan menemani kesusahan pasangannya walau apapun resikonya. Seperti seorang suami yang sakit menular, kemudian tanpa pikir panjang si istri memotivasi sekaligus mengobati sakit suaminya. Akibatnya, si istri ikut tertular, dan dengan niat kesabaran (sabar yang diniatkan karena Allah pula), maka tergugurkanlah dosa keduanya, InsyaAllah.

Romantika musibah versi semi ekstrim dicontohkan dengan seorang suami yang menderita sebuah penyakit, sementara sang istri juga menderita penyakit lain. Karena tak peduli akan pengaruh tularan penyakit, keduanya asyik saja saling menemani dan mengobati, mendukung dan menguatkan, tanpa sadar keduanya tertular. Si istri ketularan penyakit suami, sang suami pun ketularan penyakitnya istri. Walau penyakit mencabik-cabik diri mereka, mereka yakin dosa mereka tercabik-cabik pula.

Adapun contoh romantika musibah terekstrim ditunjukkan dengan sang suami dengan amanah dakwah yang sangat menyibukkan, sementara si istri terlanjur sakit fisik. Namun demi suami dan amanah cintnya kepada Allah, si istri sampai hati mengasingkan diri supaya tak disentuh dan tak diobati suami. “Biarlah diri ini disengat sakit, asal suami sukses amanah cintanya”, tutur istri. Mereka lakukan itu karena ada yang lebih visioner daripada penhapusan dosa; yakni ‘keridhoan Allah.’

Kamis, 25 April 2013

Negosiasi dan Nego Sang Nabi

Sekelompok tim sukses yang mengusung calon presiden ‘Schizy’ sedang kebingungan. Pasalnya, mereka terlanjur mencetak poster liflet berfotokan ‘Schizy’ sejumlah 3 juta eksemplar. Usut punya usut, tampak di sudut kanan foto liflet; nama studio foto hasil gugling si pembuatnya. Ketua Tim suksesi bingung bukan kepalang. Ia pun melaporkan kejadian ini kepada komandan suksesi.

“Maaf, komandan. Nama studio foto tanpa sengaja tercetak di liflet. Padahal, penyebarannya tinggal besok. Kita bisa kena pelanggaran hak cipta! Padahal anggaran kita kan mentok! Gimana nih?

Setelah berpikir sejenak, komandan suksesi justru menelepon kantor studio foto, “Halo! Studio Foto MakNyus? Begini pak. Kami dari partai Sompret, hendak mengusung ‘Schizy’ sebagai calonnya. Pak ‘Schizy’ ini bagus lho! Sudah kapabel di bidang sosial, penulisan, bahkan ekonomi. Tak diragukan lagi bahwa ia bisa memimpin negeri ini dengan lebih baik. Nah, untuk mendukung bakal calon yang luar biasa ini, saya membutuhkan studio yang juga luar biasa, seperti studio Maknyus ini! Bagaimana?”

Tanpa tahu fotonya sudah diambil tim sukses, pimpinan Studio foto mau-mau saja merespon positif tawaran sang komandan, “Baiklah saya setuju. Saya akan bayar tiga ribu rupiah untuk setiap poster liflet yang dicantumkan! Bagaimana?”

Komandan suksesi pun sukses memecahkan masalah. Ketua tim yang penasaran lantas bertanya, “Bagaimana, pak? Kita disuruh membayar berapa untuk hak cipta?”

Komandan nyengir berkata, “Siapa yang mau bayar? Kita malah dibayar kalau poster itu nyebar!”

***

Wow,,, asyik bukan? Negosiasi yang begitu mengena, memutarbalikkan keadaan dari prediksi awal merugi menjadi menguntungkan. Beginilah tipe pemimpin top dalam negosiasi. Tapi, jangan lantas kita lupa akan sejarah. Nabi Saw pernah berulang kali menahan gempuran nego para cecunguk Quraisy agar menghentikan jalan dakwahnya. Apa kata Nabi menampar nego para kafirun itu?

"... Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam Bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui [3] yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan...(Fushilat 3-4)”, demikian dibacakan Nabi ketika Quraisy mengimingi harta, kedudukan, kerajaan, kesehatan, apa saja; asal dakwah Nabi dihentikan!

“Hai orang-orang kafir. aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah…hingga akhir ayat QS Kafirun”, demikian ketegasan Nabi tatkala mereka menawari model fifty-fifty, “Kau nyembah Tuhanku, maka aku pasti akan nyembah Tuhanmu!”

Terakhir, Al Kahfi dipaparkan berlatarkan kisah Ashabul Kahfi sekaligus pengelana bernama Dzulqarnain. Sepaket dengan itu, ruh dijelaskan gamblang melalui surat Al-Isra’. Demikian jawaban Nabi akan pertanyaan Yahudi yang coba ikut-ikutan memojokkan Nabi.

Luar biasanya, kekuatan nego Nabi ternyata berasal semuanya dari Quran. Namun anehnya, hati pembesar Quraisy tak tergerak sedikit pun karenanya. Memang ya, hidayah itu milik Allah. Kalau Allah bilang tidak, maka takkan bisa hati mereka dinaungi Islam. "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang-orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki,..." (QS.Al Qashash:56)”  Paling tidak, kita bisa belajar nego dengan menguatkan kedekatan kita kepada AlQuran. Allahummarhamnaa bil Qur’aan...

Schizy Fillah – Hasil Imajinasi Bertahun-tahun

“The Beautiful Mind”, resensi film ini ada di majalah BoBo era 2000-an. Usai membaca, pikiran langsung paham akan dibawa kemana. ‘Schizophrenia’ yang ihwal mulanya bermakna penyakit kejiwaan dengan memiliki dua atau lebih karakter, diselewengkan dari makna aslinya. Membuat hati ini langsung tertarik walau sebagian orang menganggap hal itu menakutkan. Bahkan… gila.
Berlatar dari kegalauan tidak punya teman di masa awal SMA, berbagai masalah yang silih berganti melingkupinya, apalagi godaan syetan perihal cinta monyet, maka digubahlah ‘schizy’ menjadi lebih teknis aplikatif dalam wujud ‘schizophrenator’. Praktis, tokoh-tokoh komik yang pernah digoreskan semasa SD  ibarat turut campur dalam urusan kehidupan. Sebut saja mereka; Arba’a, Adam, Fathir, Schemer, Ziener. Bahkan masa SMA ketambahan dua tokoh utama baru; Alden dan Armand. Kusebut mereka dengan istilah ‘schizee’ (hasil imajinasi) dan diriku selaku penyewa tubuh ini sebagai ‘schizy’ (imajinator). Pemilik tubuh tak lain Allah azza wa jalla. Adapun ‘Schizophrenator’ hanyalah istilah lebay dari Alden yang kerasukan 5 schizee. Jadi, mudahnya; Di dalam schizy ada schizeenya schizy. Di dalam schizeenya schizy ada lagi schizee. *mumet iki* 

Walaupun email ans_schizy masih tetap aktif sejak SMA hingga hari ini, Schizy mengalami masa pasif semasa kuliah di STAN. Entah karena Allah, atau karena menyibukkan diri di antara para ikhwatifillah. Sehingga tokoh yang masuk hanya sekelebat. Itu pun modifikasi dari Alden dan Armand yang dikisahkan juga masuk STAN. Secara umum, STAN itu damai, tak banyak mewujudkan schizee. 

Namun, tatkala say goodbye dengan STAN dan masuk ke ranah kerja PNS, perlahan tapi pasti sindrom schizy muncul lagi. Berihwal dari tokoh ‘Hanif’ karena ambisi untuk ‘lurus’ bekerja di PNS, muncul pula Jundi Alfaruqi yang menyadarkan diri akan kenyataan biker liar di keramaian jalan Jakarta. Pada masa ini, fenomena sudah meninggalkan buncah imajinatif. Namun, sosok schizee SD seperti Adam dan Fathir masih dipakai. Terutama setelah menyadari bahwa kehidupan dunia ini dikonsep oleh konspirator ulung penggenggam kekuasaan dunia ibarat musuh dalam selimut. Tertuang dalam karya bertajuk Buih Nebula, schizee masa awal menjadi tokoh-tokoh utamanya. 

Melihat fenomena itu semua, mungkin akan berlanjut hingga maut menjemput. Di lain sisi, mimpi schizy ketika SD bermula dari ambisi menjadi kartunis. Lambat laun, mimpi itu pudar setelah sadar jemari ini tak bisa berbuat banyak. Hingga menemukan bahwa novelis bisa jadi alternatif (apalagi kartunis identik dengan penentangnya dari kalangan fiqih). Akhirnya, mimpi menjadi penulis menggebrak tatkala masa akhir di STAN. Mimpi itu kian nyata setelah ‘Cermin Cahaya’ diluncurkan dalam tajuk kumpulan cerpen oleh FAM. Apalagi potensi ‘Buih Nebula’ yang sepertinya menjanjikan. 

Sampai ditulisnya artikel ini, schizee masih bernaung dalam diri. Mereka membisikkan, memotivasi, mengaryakan. Walaupun begitu, sejak beristrikan seorang Windy Anita Sari, schizee sudah jarang berkontribusi. Sebelum beristri, sesosok schizee pernah bertanya sesuatu yang mengharukan, “Apakah dengan kehadiran istrimu nanti, kami harus angkat kaki dari sini?” Saya tidak menjawab. Hanya Adam yang berani menjawab bergumulkan optimisme tinggi, “Tidak masalah jika iya. Karena tanpa kami pun, kau harus selalu bersama Allah. Itu intinya.”

Akhirnya, terinisiasilah ‘schizy fillah’. Aku menemukan schizy fii-Allah melalui interaksi bersama schizee. Fii berarti tenggelam. Schizy yang tidak main-main sebagai orang sakit jiwa biasa. Melainkan schizy yang tenggelam dalam kerinduan cinta kepada Allah. Hingga aku katakan kepada para schizee yang angkat kaki itu; uhibbuka fillah; “aku mencintai kalian karena tenggelam dalam cintanya Allah.”

Selasa, 23 April 2013

Patuhnya Istri atau Kemudahan Suami?


Kali ini, sakit membungkam diriku lagi. Namun, jika ini yang baik dari Allah, kenapa tidak. Teringat pesan schizee untuk merelakan segala yang datang di luar kehendak kita, “Teruskan ya Allah, kumohon teruskan. Jika kiranya ini yang terbaik, maka teruskan ya Allah!” Maka, tidak ada cara pengguguran dosa yang lebih menentramkan daripada sakit. Toh, sudah pasti sakit itu lebih sakit daripada sekedar ketusuk duri, sementara alhadits mengatakan bahwa ketusuk duri saja sudah menggugurkan dosa. Namun, di luar itu tentu saja kita harus paham sunnatullah-nya, “Hm… siapa tahu karena kurang menjaga kesehatan dan lalai dari sakit sebelumnya –tidak menghabiskan antibiotik-. Nah, lho…

Sakit selalu menerbitkan inspirasi, apalagi jika sudah berbicara ranah cinta ‘suami-istri’ fillah. Semua dimulai dari menggigil seharian akibat dicekoki AC kantor yang dingin menusuk tulang. Alhasil radang tenggorokan pun berimbas meriang. Sorenya, tatkala meriang sudah mengepung tubuh, dua fenomena pun muncul. 1) Schizee lebih kental memprovokasi diri, 2) sensitivitas meningkat pesat melipat hati. Akibatnya, ketika aku hendak menjemput istri dari bekerja, maka dua fenomena itu pun membekap diri.

Schizee mulai menjalankan aksinya, membisikan kalimat kontroversi ke dalam relung hatiku, “Hey, boz. Sadarkah engkau, kau baru saja sms istrimu untuk menunggu di tempat biasa. Padahal ada tempat lain yang lebih memudahkanmu menjemputnya. Sekarang, aku tantang kau. Jika ketika kau jemput, kemudian kau dapati istrimu menunggu di tempat biasa sebagaimana perintahmu melalui sms, maka aku bisa pastikan bahwa istrimu itu tipe setia dan patuh pada suami. Namun, jika ketika kau jemput, ternyata istrimu justru menunggu di tempat lain yang memudahkanmu untuk menjemputnya, maka aku pastikan bahwa istrimu tidak patuh kepadamu, walau itu lebih memudahkanmu. Tantanganku adalah; beranikah kau beri penilaian patuh tidaknya istrimu melalui kasus ini? Hahaha!”

Schizee langsung kabur begitu saja. Aku tak lantas mengangguki tantangan schizee. Usai dibekap macet beberapa saat, motor ini pun melaju lancar melewati perempatan Bintaro Plaza, dengan lampu lalu lintas yang rusak tak diperhatikan pihak berwenang. Usai melewati rintangan itu, aku melihat ke sisi tempat yang lebih memudahkanku menjemput istriku. Tak ada istriku disana. Lalu, aku coba sambangi tempat biasa. Tak ada juga? Apakah istriku tipe tidak patuh? Atau jangan-jangan ia malah naik angkot karena lama menunggu? Aku tangkis prasangka yang diprovokasi langsung oleh setan (bukan schizee). Aku tunggu di tempat biasa, aku lihat sekeliling, lantas pandangan ini tertuju ke satu titik. Istriku… Ia menunggu sambil duduk, dengan mushaf membuka rapi dibacanya. Aku tak menyangka, istriku duduk di tempat biasa aku menjemputnya. Apakah ini artinya…. Ini artinya istriku tipe patuh pada suami?

Ada 2 pilihan yang barusan ditawarkan schizee; istri yang menghendaki dan meridhai pilihan suami walau pilihan itu menyusahkan suami. Atau istri yang lebih menghendaki kemudahan suami walau pilihan itu tidak dikehendaki suami. Dan benarlah apa yang dikatakan schizee; istri tipe pertama adalah istriku, yang patuh pada suami walau hal itu menyusahkan suami. Semoga istri kita termasuk yang ini.

Klimaksnya adalah; fenomena imbas meriang yang kedua. Aku sensi; menangis sambil memboncengkan istri. Ia yang duduk di belakang bisa merasakan sesenggukanku, memelukku dari belakang, ketetesan air mata yang jatuh. Aku tak peduli orang-orang melihatku cengeng di atas motor. Yang aku bahagia dan aku syukuri adalah istriku adalah istri sebagaimana dikategorikan schizee. Barakallah untuk istriku!

Biaya Rutin - Yang Kurang Difahami Ketika Beli Barang

“Whooo, murah meriah nih, pakde, mbak yu, pak lek, mak cik. Silakan beli beli beli; HP, TV, motor, laptop, gadget, dll... Semua murah meriah!”, demikian kiranya bunyi iklan di berbagai media.

Ketika pelanggan sudah melihat harga yang murah, bahkan dengan nominal 999.999, maka seolah pelanggan itu lupa mata, lupa diri, lupa kantong, lupa prioritas. Tak masalah, mereka pastinya lebih tahu apa yang mereka butuh dan inginkan. Meskipun begitu, ada satu hal yang belum sering dijadikan pertimbangan mereka dalam membeli barang. Sebutlah nama sederhananya; biaya rutin.

Untuk mempermudah pemahaman, biaya rutin ini kalau dicontohkan pada motor ada pada biaya bensin, hm, entah irit tidaknya... Lalu, biaya servis, tentang mahal murahnya. Kalau barangnya adalah TV, maka biaya rutinnya adalah biaya kistrik. Bagaimana sedotan listriknya? Berapa watt? Apakah signifikan dengan tarif dasar listrik yang naik tiap triwulan di tahun 2013 ini? Hheu... T_T

Nah, kalau handphone? Apa saja biaya rutinnya? Hm, sayangnya handphone tidak memerlukan bensin, daya listriknya pun tidak signifikan. Kalaupun servis, hanya  jika pemiliknya doyan membanting HP-nya saja di setiap tempat. Hm… Jadi, apa biaya rutin dari HP?

Kalau pelanggan adalah para penghitung kritis, mereka akan melihat biaya-biaya rutin seperti itu. Namun, jika mereka lebih mengaitkan hati dan memikirkan prioritas, maka biaya rutin itu bukan sekedar materi. Melainkan non-materi. Dalam kasus ini, penulis menitiberatkan pada waktu. Hm...

Coba dicek... Apakah dengan membeli TV, kita akan kehilangan waktu signifikan yang seharusnya dapat kita alokasikan untuk hal lain yang lebih prioritas? Jika iya, maka biaya rutin untuk beli TV kita anggap besar. Namun, biaya ini akan lebih kecil jika si calon empunya TV mampu mengendalikan keberfungsian TV. Misalnya dengan mengatur jam menonton TV.

Coba kita cek ke HP yang kian murah, kian praktis, kian banyak gamesnya, kian mendekatkan hati, bahkan kian merapatkan barisan silaturrahim. Kita akan mendapatkan biaya rutin HP terwujud dalam pengalihan waktu yang seharusnya potensial bermanfaat, tetapi justru diganti dengan asyik bermain HP. Atau dengan kata lain, berkurangnya waktu potensial dikarenakan sibuk ber-HP ria.

Sebuah anjuran ekstrim mengatakan bahwa; jangan sampai jika kita membeli sebuah barang, seolah-olah barang itulah yang sejatinya membeli diri kita. Saking tidak mampunya kita membagi waktu, membagi prioritas pekerjaan, yang cenderung terlalu memfokuskan waktu pada barang itu.

Hm… pada akhirnya, biaya rutin waktu ini identik dengan unsur kehidupan bertajuk ‘keberkahan’. So, Apa itu berkah? Berkah adalah tanda rahmat Allah kepada hamba-Nya yang selalu mendekat kepada-Nya. Secara visual, berkah tampak dengan bertambahnya kebaikan, yang indikatornya bukan dari sisi materi melainkan non materi, boleh jadi intelektual, emosional, bahkan spiritual.

Nah, sekarang apakah dengan beli HP, justru membuat jadwal kita teratur, beli TV membuat wawasan kita meninggi? Beli ini itu, membuat kemanfaatannya jauh lebih besar daripada kerugiannya? (sekali lagi sudut pandang kita bukan materi, tetapi non-materi).

Lalu, seberapa berkah-kah barang yang kita beli? Apakah membuat kita mampu memanfaatkannya dengan bijak, mendekatkan diri kita kepada-Nya, atau justru makin menjerumuskan kita jauh dari-Nya? Allahu a’lam. Berkah inilah yang penulis anggap sebagai lawan kata dari biaya rutin. Semoga kita tidak terjebak dari kelihaian iklan-iklan dengan produknya yang melalaikan…

Senin, 22 April 2013

How to Teach -Capacity Building Kantor-

“Bagaimana mengajar dengan baik, efektif, dan menyenangkan?”, Kalimat tersebut menjadi tagline slide yang digoreskan Bapak Kuwat Slamet, sosok eselon 3 yang mengaku keranjingan mengajar. Hingga, Kapusdiklat kami (atasan langsung beliau) mengutus beliau untuk sebuah capacity building SDM (13/4/2013). Tak ayal, 30-an pegawai kantor antusias mengikuti materi beliau; “how to teach”. Penulis berharap materi dapat meluas dipraktekkan, bukan hanya mengajar di kelas saja, melainkan juga berbagi inspirasi; mentoring, sharing knowledge keluarga, ngajar ngaji anak kecil, dan lain-lain.
 
"Karakter yang diajar antara mahasiswa dan pegawai itu beda. Mahasiswa nerimo saja, sedangkan pegawai lebih kritis”, kalimat ini cukup membuat dahi mahasiswa berkerut. “Hah, kita dianggep gituh ya?”, batinnya, termasuk batinku karena penulis juga mantan-mahasiswa. Namun, kita ambil positifnya saja. Sebagaimana filosofi ilmu; ambil yang baik, buang yang buruk.

How to teach ini takkan efektif bila tak ada usaha untuk memahami materi. Memahami materi pun tidak serta-merta hafal, tapi paham apa filosofinya, sehingga memungkinkan timbulnya inspirasi tentang cerita intermezzo seputar materi yang bisa disampaikan saat mengajar nanti.

Nah, mengajar memerlukan kesiapan diri, yang meliputi sikap pede dan tidak ragu, persiapan penampilan, dan teknik komunikasi. “Pembicara profesional pun takkan mau disuruh maju tanpa persiapan, apalagi kita yang amatir!”, demikian dinukil dari kenalan penulis. Pada intinya, kita harus sadar bahwa sikap grogi dimiliki oleh semua orang (bukan sebagian saja lho, tapi semua). Masalahnya adalah bagaimana kita mengelola grogi, termasuk melukirnya dengan sikap pede, termasuk shock akibat kesalahan mengajar yang jangan sampai berlarut-larut. Diharapkan kalaupun shock, kita dianjurkan cepat kembali sadar dan semangat mengajar.

Poin ke-2; penampilan meliputi pemilihan warna pakaian, model, dan sebagainya. Itulah kenapa ada ustad menggunakan jas, karena hadirinnya dari kalangan elit. Di poin 3; teknik komunikasi tak kalah penting; meliputi penggunaan bahasa formal, latihan intonasi & tutur kata, belajar memperbanyak kosakata, penekanan verbal, bahkan penyelarasan perasaan peserta. 

Yang tak bisa dipungkiri; bahwa penguasaan materi adalah wajib. Review 5 menit jangan ketinggalan sebelum memulai pengajaran. Tentunya untuk merefresh penyampaian. Desain bahan tayang menunjang visual peserta. So, jangan terlalu lebay, music jangan terlalu mengagetkan dan norak. 

Tips-tips membentuk good ‘first impression’ meliputi: 1) masuki ruangan dengan sapaan hangat (utk seisi kelas); 2) siapkan alat bantu yang dipakai (cth: LCD proyektor), beri sedikit waktu di awal untuk mengeset alat tersebut, 3) Perkenalan diri diikuti perkenalan peserta, hm… Bisa banyak cara, mulai dari metode sebut nama, angkat tangan, perkenalan; Hingga bertaraf game, wow. Selanjutnya; 4) Overview materi, memberi arahan apa sih esensi materi yang akan disampaikan? Dan 5) Penyampaian materi inti, disertai intermezzo;game, aktivitas, atau apapun yang bikin semangat.

Teknik efektif mengajar; 1) libatkan peserta secara aktif (kecuali waktu terbatas), 2) Gunakan game/jokes ringan untuk hilangkan kejenuhan, bahkan senam pun bisa merefresh peserta. Sebuah anjuran yang provokatif, bahwa makin banyak perbendaharaan jokes/game/senam; makin bagus.

Itulah kenapa kita tahu kenapa ada fakta berikut: 1) Mayoritas peserta lebih suka pengajar yang humoris, 2) Sedikit peserta yang serius mengikuti pengajaran; 3) Mayoritas peserta suka info pengalaman pengajar yang dikaitkan dengan materi yang disampaikan. Semoga menyemangatkan!