Selasa, 16 April 2013

Apa Kaitan antara Lari dengan AlQuran?

Saya heran ada seorang teman yang mengaku pernah lari sepuluh putaran mengelilingi kampus STAN tanpa berhenti (1 putaran = 0,5 km). Padahal ia termasuk sosok yang sederhana, biasa saja, tak terlalu ‘wah’ dalam bidang olahraga. 

“Kenapa bisa begitu?” Tanyaku kepadanya. Dengan santai ia menjawab, “Ini semua karena Al Quran.”

Saya pun terkejut. Bagaimana AlQuran bisa membuat seseorang berlari begitu santai, pelan, konsisten, dan tanpa berhenti sekalipun?

Ia menuturkan jawabannya, “Boleh jadi yang menjadi pelajaran bagaimana bisa berlari seperti saya ini adalah istiqomah. Namun, sebetulnya ada penjelasan yang lebih sederhana daripada itu. Saya membaca AlQuran. Dengan tajwid yang baik, dengan tempo yang pas, tanpa mencuri nafas sekali pun. Hm... Begitulah. Saya rajin membaca Quran dengan menahan nafas. Bukan membaca Quran dengan taruh nafas seenaknya. Karena kalau bernafas seenaknya, dikhawatirkan makna kalimat di dalam AlQuran yang kita baca jadi beda. Lha wong, panjang dibaca pendek aja bisa beda arti... Hehe.”

Hm, jawaban yang cukup mengejutkan bukan? Namun, ada satu yang masih menggelitik rasa penasaran saya yang akhirnya tertuang dalam pertanyaan selanjutnya, “Kenapa memakai earphone? Kamu suka mengatur tempo lari dengan musik yang didengar ya?”

Teman saya itu malah menggeleng. Saya pun makin penasaran. Ia kemudian menjejalkan earphonenya ke telinga saya, dan terdengarlah lantunan Quran yang belum pernah sekalipun kudengar nadanya.

“Murottal siapa ini?”, tanyaku.

Ia menjawab sambil tersenyum, “Murottal saya! Saya merekamnya.”

Tanpa saya tanya lagi, ia menjawab sebuah pertanyaan yang mendasari judul ini. Hm... Apa kaitan antara Lari dengan AlQuran?

Ia mengungkapkan, “Karena membaca AlQuran telah membuat saya bisa lari dengan santai, konsisten, bahkan hingga sepuluh putaran, maka saya harus melakukan sesuatu dengan AlQuran. Saya harus memberikan timbal balik sebagai ungkapan rasa syukur saya. Yakni dengan menghafalkan AlQuran melalui proses mendengar. Mungkin dengan mendengar kita tidak serta merta langsung hafal, paling tidak kita awali dengan ‘asyik’ mendengarkan Quran. Dan siapa tahu, Allah memudahkan kita melalui cara mengahafal metode klasik nanti, setelah kita familiar dengan sering mengulang-ulang proses mendengar ayat-ayat seperti ini.”

Aku terperangah mendengar jawabannya. Hm... Lalu Bagaimana dengan kita? Apakah kita bisa mengaplikasikannya? Oh, mudah sekali. Tinggal kita siapkan gadget, earphone, lalu berlarilah. Jika membaca Quran ‘tanpa nafas’ mampu membuatmu bisa tahan berlari beberapa putaran, maka yakinlah bahwa lari itu pula yang akan membuatmu familiar dengan AlQuran. Asalkan tidak meninggalkan metode klasik menghafal; duduk beberapa saat untuk bertukar rindu dengan AlQuran, tak lain untuk menghafal. Alhamdulillah... 

(by Nicholas "Kholas" Schemer)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar