Siapa tak kenal Arsenal,
sebentuk gudang peluru yang dijadikan nama tim sepakbola terkenal Britania
Raya. Julukannya the gunners. Pelatih asal Prancis dengan nama yang nyaris sama
dengan tim ini; Arsene Wenger, termasuk yang berhasil memplonco talenta-talenta
muda mendunia, walau akhirnya harus dibeli oleh tim lain yang lebih kaya dan
haus piala. Sebut saja; Thierry Henry yang hijrah ke Barca, Patrick Viera yang
bertolak ke Italia, dan semusim berselang, Robin Van Persie (yang sering
diisukan beragama Islam) pindah ke Manchester Merah. Beberapa di antara mereka melempem
di tempat lain, beberapa pula menajam, seperti Robin van Persie. Mereka ibarat
lulusan peluru yang digelorakan, dipatenkan, diasah oleh Arsenal. Pantaslah ia
dijuluki gudang peluru.
Seperti itu pula Sya’ban, gudang pelurunya Ramadhan. Dengan beragam
keutamaan, Sya’ban ialah serambi-nya Ramadhan. Tak salah jika Nabi Saw belum pernah berpuasa satu bulan melebihi puasa
pada bulan Sya’ban (HR. Bukhari). Tentunya selain Ramadhan yang
praktis sebulan penuh.
Kalau Nabi Saw merencanakan Ramadhan seperti itu, lalu
bagaimana dengan kita? Cukupkah kita mempersiapkan fisik (jasadiyah) saja, selayaknya
Nabi? Padahal masih banyak detail keshalihan yang boleh jadi belum kita miliki,
seperti persiapan model fikriyah (keilmuan), maaliyah (harta), dan pastinya
ruhiyah (keimanan). Ketiga hal itu bahkan sudah Nabi Saw miliki semenjak
nubuwwah, tak harus Ramadhan saja. Jadi, untuk kita yang tidak mungkin semaksum
Nabi Saw, jangan hanya persiapkan jasadiyah saja, melainkan juga; fikriyah,
maaliyah, dan ruhiyah.
Penulis coba mencari inspirasi dari sosok lain, bagaimana
cara mempersiapkan 3 pola kekuatan yang bisa mendongkrak amal ibadah itu tadi.
Mari kita kupas seperti kacang, biar gurih dibaca:
1) Fikriyah; Dunia
maya ala dakwah gempar sebelum Ramadhan, terlihat dari gencarnya website
mengupas fikih puasa, amaliah pembangkit keimanan, pokoknya semua hal supaya
Ramadhan kian bermakna bagi pembaca. Pembaca yang shalih (aamiin) kembali
merefresh pengetahuan akan hal ini. Lalu, pembaca yang (mohon maaf) kurang
shalih? Biasanya mereka baru baca kalau Ramadhan sudah bergulir. Ada kiat dari
seorang sahabat. “Biar ilmu kian bermakna...,”
katanya. “...Sebuah ilmu sebaiknya
dikemas dalam wujud tulisan, lalu disarikan, dijadikan perbendaharaan ilmu
hingga mudah dicall-back lagi, bila masanya tiba.” Wow... Ini mirip kerja
editor dunk. Hm... Saya jadi ingat tugas ‘resume’ saat dulu ikut diklat
prajabatan. Sebagian teman kala itu merasa terbantu dari tugas harian meresume
materi. Yuk, kita bendaharakan ilmu yang mudah didapat. Bisa menulis ulang dari
buku, bisa juga copy-paste-edit dari website, intinya; singkat padat jelas dan
mudah dibaca lagi.
2) Maaliyah;
Salah seorang sahabat memasang celengan babi di kantor. Setiap mendapat receh,
ia masukkan ke ubun-ubun si babi yang bolong. Dirinya berdalih bahwa receh
berguna, toh terbukti dengan Prita yang terselamatkan gara-gara receh. Lalu,
apa yang sahabat tadi targetkan? “Saya
mengumpulkan uang, untuk menyambut tamu agung yang siap hadir.” Sudah
tertebak bukan, siapa tamu yang akan hadir? Yup, Ramadhan yang dinanti. Sahabat
tadi begitu visioner. Tahu bahwa uang akan habis karena pulang kampung, beberapa
bulan sebelumnya ia siapkan harta untuk disedekah-kan di bulan Ramadhan. Sudah siapkah
kita meraih berkah dengan keistiqomahan sedekah?
3) Ruhyah; Kali
ini kita masuk ke implementasi keimanan, yakni ibadah. Biasanya terwujud dalam
pola penerapan ibadah sunnah Ramadhan (artikelnya sudah banyak), terencana
dalam planning yang jelas secara individual. Untuk menggelorakannya, seorang sahabat
punya kiat, yakni; tilawah Quran dan shalat tahajjud. Dengan dalil dan artikel yang
banyak berserakan, tak boleh ketinggalan satu kata; kreativitas. Kita akan buat
sedikit olah-kata di artikel mendatang. Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar