Selasa, 25 Juni 2013

Sya’ban and The Gunners 1



Siapa tak kenal Arsenal, sebentuk gudang peluru yang dijadikan nama tim sepakbola terkenal Britania Raya. Julukannya the gunners. Pelatih asal Prancis dengan nama yang nyaris sama dengan tim ini; Arsene Wenger, termasuk yang berhasil memplonco talenta-talenta muda mendunia, walau akhirnya harus dibeli oleh tim lain yang lebih kaya dan haus piala. Sebut saja; Thierry Henry yang hijrah ke Barca, Patrick Viera yang bertolak ke Italia, dan semusim berselang, Robin Van Persie (yang sering diisukan beragama Islam) pindah ke Manchester Merah. Beberapa di antara mereka melempem di tempat lain, beberapa pula menajam, seperti Robin van Persie. Mereka ibarat lulusan peluru yang digelorakan, dipatenkan, diasah oleh Arsenal. Pantaslah ia dijuluki gudang peluru. 

Seperti itu pula Sya’ban, gudang pelurunya Ramadhan. Dengan beragam keutamaan, Sya’ban ialah serambi-nya Ramadhan. Tak salah jika Nabi Saw belum pernah berpuasa satu bulan melebihi puasa pada bulan Sya’ban (HR. Bukhari). Tentunya selain Ramadhan yang praktis sebulan penuh.

Kalau Nabi Saw merencanakan Ramadhan seperti itu, lalu bagaimana dengan kita? Cukupkah kita mempersiapkan fisik (jasadiyah) saja, selayaknya Nabi? Padahal masih banyak detail keshalihan yang boleh jadi belum kita miliki, seperti persiapan model fikriyah (keilmuan), maaliyah (harta), dan pastinya ruhiyah (keimanan). Ketiga hal itu bahkan sudah Nabi Saw miliki semenjak nubuwwah, tak harus Ramadhan saja. Jadi, untuk kita yang tidak mungkin semaksum Nabi Saw, jangan hanya persiapkan jasadiyah saja, melainkan juga; fikriyah, maaliyah, dan ruhiyah.

Penulis coba mencari inspirasi dari sosok lain, bagaimana cara mempersiapkan 3 pola kekuatan yang bisa mendongkrak amal ibadah itu tadi. Mari kita kupas seperti kacang, biar gurih dibaca:

1) Fikriyah; Dunia maya ala dakwah gempar sebelum Ramadhan, terlihat dari gencarnya website mengupas fikih puasa, amaliah pembangkit keimanan, pokoknya semua hal supaya Ramadhan kian bermakna bagi pembaca. Pembaca yang shalih (aamiin) kembali merefresh pengetahuan akan hal ini. Lalu, pembaca yang (mohon maaf) kurang shalih? Biasanya mereka baru baca kalau Ramadhan sudah bergulir. Ada kiat dari seorang sahabat. “Biar ilmu kian bermakna...,” katanya. “...Sebuah ilmu sebaiknya dikemas dalam wujud tulisan, lalu disarikan, dijadikan perbendaharaan ilmu hingga mudah dicall-back lagi, bila masanya tiba.” Wow... Ini mirip kerja editor dunk. Hm... Saya jadi ingat tugas ‘resume’ saat dulu ikut diklat prajabatan. Sebagian teman kala itu merasa terbantu dari tugas harian meresume materi. Yuk, kita bendaharakan ilmu yang mudah didapat. Bisa menulis ulang dari buku, bisa juga copy-paste-edit dari website, intinya; singkat padat jelas dan mudah dibaca lagi.

2) Maaliyah; Salah seorang sahabat memasang celengan babi di kantor. Setiap mendapat receh, ia masukkan ke ubun-ubun si babi yang bolong. Dirinya berdalih bahwa receh berguna, toh terbukti dengan Prita yang terselamatkan gara-gara receh. Lalu, apa yang sahabat tadi targetkan? “Saya mengumpulkan uang, untuk menyambut tamu agung yang siap hadir.” Sudah tertebak bukan, siapa tamu yang akan hadir? Yup, Ramadhan yang dinanti. Sahabat tadi begitu visioner. Tahu bahwa uang akan habis karena pulang kampung, beberapa bulan sebelumnya ia siapkan harta untuk disedekah-kan di bulan Ramadhan. Sudah siapkah kita meraih berkah dengan keistiqomahan sedekah? 

3) Ruhyah; Kali ini kita masuk ke implementasi keimanan, yakni ibadah. Biasanya terwujud dalam pola penerapan ibadah sunnah Ramadhan (artikelnya sudah banyak), terencana dalam planning yang jelas secara individual. Untuk menggelorakannya, seorang sahabat punya kiat, yakni; tilawah Quran dan shalat tahajjud. Dengan dalil dan artikel yang banyak berserakan, tak boleh ketinggalan satu kata; kreativitas. Kita akan buat sedikit olah-kata di artikel mendatang. Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar